Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, memiliki sejarah panjang yang dimulai sejak zaman prasejarah. Pada masa prasejarah, wilayah Ngada telah dihuni oleh manusia yang hidup dalam kelompok-kelompok kecil. Pada masa Kerajaan Majapahit, wilayah Ngada termasuk dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Pada masa penjajahan Belanda, wilayah Ngada dibagi menjadi tiga wilayah swapraja. Pada masa pendudukan Jepang, wilayah Ngada mengalami masa yang sulit. Setelah Indonesia merdeka, wilayah Ngada menjadi bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pada tahun 1958, wilayah Ngada dimekarkan menjadi Kabupaten Ngada.
Kabupaten Ngada terletak di tengah-tengah Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Secara astronomis, Kabupaten Ngada terletak di antara 8°20'24.28"-8°57'28.39" Lintang Selatan dan 120°48"-121°11' Bujur Timur. Kabupaten Ngada memiliki luas wilayah sebesar 1.776,72 km ², dengan panjang pantai 102,318 km. Wilayah Kabupaten Ngada didominasi oleh daerah pegunungan dan perbukitan. Gunung Inerie, gunung tertinggi di Pulau Flores, terletak di Kabupaten Ngada. Kabupaten Ngada memiliki iklim tropis basah dengan suhu rata-rata 23-28°C. Curah hujan rata-rata di Kabupaten Ngada adalah 1.500-2.500 mm/tahun.
TANTE NELA PARIS sebagai akronim dari Tani, Ternak, Nelayan dan Pariwisata untuk memenuhi TUKA (konsumsi), TUKU (tabungan), dan TEKA (dijual/diinvestasikan). Filosofi Tuka, Tuku, dan Teka menggambarkan cara masyarakat Ngada mencapai kemakmuran dan kesejahteraan.