Kabupaten Ngada di Nusa Tenggara Timur memiliki potensi besar dalam pertanian dan pariwisata, dikenal sebagai "TANTE NELA PARIS" (Tani, Ternak, Nelayan, dan Pariwisata). Melalui konsep Tuka, Tuku, dan Teka, masyarakat mencapai kemakmuran. Namun, masih ada tantangan seperti minimnya dukungan pariwisata dan akses fasilitas publik. KKN-PPM UGM bertujuan untuk mempercepat pembangunan di sektor tersebut, dengan fokus pada pertanian, peternakan, nelayan, dan pariwisata.
Hijau menggambarkan daun dari pertanian dan alam
Merah menggambarkan daging dan hewan ternak
Biru menggambarkan laut sebagai tempat mata pencaharian nelayan
Kuning menggambarkan keceriaan yang sering didapatkan dari wisata.
Kuda memiliki banyak peran dalam kehidupan manusia, mulai dari digunakan sebagai hewan tunggangan dan hewan penarik hingga menjadi nilai kebudayaan yang penting. Oleh karena itu, kuda sering dianggap sebagai simbol kebebasan, kecerdasan, dan kekuatan dalam berbagai budaya. Di Kabupaten Ngada sendiri, kuda menjadi simbol kebudayaan. Bahkan olahraga pacuan kuda pun menjadi tradisi budaya dari leluhur yang turun temurun yang tentunya selain dapat membina tali persaudaraan antar masyarakat namun juga dapat memberi dampak bagi peningkatan perekonomian masyarakat sekitar.
Jaramasi merupakan ksatria penjaga Gunung Inerie. Nama Jaramasi diambil dari kata “Jara” yang artinya kuda dan Masi yang mengacu pada nama pemilik (laki-laki). Jadi, secara harfiah, Jaramasi berarti kuda milik Masi. Jaramasi digambarkan dengan kuda gagah berpostur manusia sebagai simbol heroisme dan keperkasaan dengan pakaian adat Ngada, Sapu-Lu’e, ikat kepala Mari Ngia, dan kalung bermotif logo KKN Senada Ngada